Beranda | Artikel
Keutamaan Sifat Samahah
Minggu, 23 Mei 2021

Dari Ma’qal bin Yasar Radhiallahu ‘anhu secara marfu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam,

أفضل الإيمان الصبر والسماحة

“Sebaik-baik iman adalah sabar dan as-samahah.” (HR. Ad-Dailami [1/1/128], Abdullah bin Ahmad dalam Az Zuhd [10], disahihkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah [1495]).

Kata “sebaik-baik iman” dalam hadis ini maksudnya adalah sebaik-baik amalan dalam Islam. Iman di sini semakna dengan Islam, mencakup amalan lahiriah maupun amalan hati.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsamin Rahimahullah menjelaskan, “Iman dan Islam terkadang disebutkan secara bersamaan atau disebutkan secara terpisah. Apabila keduanya disebutkan bersamaan, maka keduanya memiliki makna yang berbeda. Iman bermakna amalan-amalan batin, sementara Islam bermakna amalan-amalan yang bersifat lahiriah … Adapun jika disebutkan secara bersendirian, maka keduanya memiliki makna yang sama” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 3: 2).

Kemudian “samahah” di sini sering dimaknai dengan toleran. Ini kurang tepat. Apalagi jika maksudnya toleran terhadap kekufuran, kesyirikan, kebid’ahan, dan maksiat.

Baca Juga: Akhlak Mulia, antara Tabiat (Bawaan) dan Usaha Manusia

Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah menjelaskan,

الْمُرَادُ: الصَّبْرُ عَنِ الْمَعَاصِي، وَالسَّمَاحَةُ بِالطَّاعَةِ

“Maksud hadis ini: (sebaik-baik iman adalah) sabar meninggalkan maksiat dan mudah dalam melakukan ketaatan” (Jami’ al ‘Ulum wal Hikam, 1: 333).

Sejalan dengan apa yang dikatakan Al-Baihaqi Rahimahullah,

يعني بالصبر عن محارم الله وبالسماحة أن يسمح بأداء ما افترض الله عليه

“Maksudnya dengar sabar dalam meninggalkan apa yang Allah haramkan dan dengan samahah, yaitu mudah dalam melaksanakan apa yang Allah wajibkan” (At-Tanwir Syarah Jami’ish Shaghir, 4: 512).

Adapun Ash-Shan’ani Rahimahullah, beliau menjelaskan hadis ini,

(أفضل الإيمان الصبر) على فعل المأمور وترك المحظور وما ورد من المقدور (والسماحة) الجود وسخاء النفس

“[Sebaik-baik iman adalah sabar] dalam melaksanakan perintah dan meninggalkan yang dilarang, dan sabar terhadap takdir. [Dan samahah] yaitu pemurah dan hati yang mudah dalam memberi kebaikan” (At-Tanwir Syarah Jami’ish Shaghir, 2: 547).

Di tempat lain, beliau mengatakan,

(الإيمان الصبر) على الطاعات فعلًا وعن المعاصي تركًا (والسماحة) بالحقوق وبما يحبه الشارع

“[Sebaik-baik iman adalah sabar] dalam melaksanakan ketaatan dan meninggalkan maksiat. [Dan samahah] yaitu mudah dalam menunaikan hak-hak dan melaksanakan hal yang dicintai oleh syariat” (At-Tanwir Syarah Jami’ish Shaghir, 4: 512).

Maka “samahah” di dalam hadis ini maksudnya,

*mudah dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah

*mudah dalam memberikan kebaikan kepada orang lain

*mudah dalam menunaikan hak-hak orang lain

Ini sejalan dengan hadis dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,

رَحِمَ اللهُ عبدًا سَمْحًا إذا باعَ ، سَمْحًا إذا اشْتَرى ، سَمْحًا إذا قَضَى ، سَمْحًا إذا اقْتَضَى

“Semoga Allah merahmati orang yang mudah ketika menjual, mudah ketika membeli, mudah ketika membayar hutang, dan mudah ketika menagih hutang” (HR. Bukhari no. 2076).

Wallahu a’lam.

Baca Juga:

Penulis: Yulian Purnama


Artikel asli: https://muslim.or.id/66121-keutamaan-sifat-samahah.html